Kedatangannya
tersebut untuk menyaksikan terjadinya fenomena air laut dingin yang
menyebabkan matinya ikan hingga mengapung ke permukaan air laut.
Pengamatan
wartawan di Pantai Alor Kecil, Kamis (1/9/2011), ribuan warga memenuhi
pantai tersebut dari masyarakat biasa, pengusaha, hingga pejabat
pemerintah berbaur di pantai tersebut. Mereka datang ke pantai baik
dengan jalan kaki maupun dengan menggunakan kendaraan sejak pukul 10.00
wita untuk menyaksikan peristiwa unik tahunan yang terjadi di laut Alor
Kecil.
Ditengah
ribuan warga, nampak terlihat, Kapolres Alor, AKBP. Drs. Dominikus
Savio Yampormase. Kapolres langsung memimpin anggota Polres melakukan
pengamanan di pantai tersebut.
Perubahan
suhu air laut menjadi dingin ditandai dengan datangnya gerombolan ikan
lumba-lumba dan burung pemakan ikan. Gerombolan lumba-lumba tersebut
mulai bermain diselat kecil antara Pantai Alor Kecil dan Pulau Kepa.
Selang
waktu dua jam dari gejala awal tersebut, dari bagian tanjung perairan
laut Alor Kecil muncul penguapan air laut. Penguapan tersebut menandakan
suhu air laut mulai dingin yang berawal dari dasar tengah laut di
wilayah Tanjung kemudian merata hingga permukaan laut menjangkau sampai
di pesisir pantai Makasar, Desa Alor kecil.
Masyarakat
dengan menggunakan perahu dan memegang tombak kecil serta jala telah
siaga dilaut tersebut. Biasanya jika air laut telah berubah menjadi suhu
dingin, maka ikan-ikan dari dasar akan pingsan karena tidak tahan
dengan dinginnya suhu air laut yang berubah secara tiba-tiba. Ikan-ikan
tersebut akan naik mengapung di permukaan air laut.
Saat
ikan-ikan mulai terapung, masyarakat yang telah siaga dengan perahu
menuju lokasi ikan-ikan tersebut untuk menangkapnya baik dengan jalan
maupun tombak.
Kepala
Desa Alor Kecil, Yasin Arkiang yang ditemui wartawan dilokasi
mengatakan, arus air laut dingin yang terjadi kali ini di mulai Rabu
(31/8/2011). Menurut Arkiang, arus dingin yang terjadi biasanya mulai
sekitar pukul 12.00 wita hingga pukul 14.30 wita. “Berikutnya terjadi
lagi pada tengah malam,” ujarnya.
Arkiang
menjelaskan, tiap tahun arus dingin yang terjadi sebanyak tiga kali,
yakni saat musim barat selesai, musim kemarau selesai, dan pertengahan
tahun. Untuk tiga tahun belakangan ini, terjadi saat Hari Raya lebaran
selesai.
”Masyarakat
hingga saat ini belum mengetahui secara pasti, mengapa peristiwa unik
tersebut selalu terjadi di laut Alor Kecil. Tahun 1968 ada penelitian
dari Australia, kemudian menyusul lagi dari Jepang. Tetapi kita tidak
tahu hasilnya atau apa penyebabnya. Tetapi ada sebagian masyarakat yang
mengatakan bahwa antara laut wilayah ini ada hubungan dengan laut
dipantai Selatan Jawa. Sehingga ketika “penjaga laut” ini bertemu dengan
“Penjaga Laut” Pantai Selatan jawa, maka terjadilah perubahan suhu air
laut tersebut,” jelas Arkiang.
Ditanya
mengenai air laut dingin yang terjadi dan kurang mengakibatkan banyak
ikan yang mati, Arkiang mengatakan, masalahnya karena dipantai ini sudah
ramai sekali, dan banyak warga yang belum terjadi perubahan suhu sudah
masuk kelaut.
“Kepercayaan
kami disini seperti itu, makanya saya tengah jalan keliling untuk
menyampaikan kepada masyarakat agar jangan masuk dulu ke laut sebelum
airnya dingin. Tetapi tidak dapat dibendung, akhirnya ikan yang terapung
dipermukaan hanya sedikit saja, tidak seperti yang terjadi sebelumnya,”
tutur Arkiang.
Pantauan
wartawan, air laut dingin yang terjadi kali ini, jumlah ikan yang
didapat masyarakat tidak seberapa, sekitar 100-an ekor saja. Ikan-ikan
tersebut antara lain gargahing, belo-belo, mulut panjang dan lamoru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar