Translate

Rabu, 27 Juni 2012

Keindahan Pantai Sebanjar



Apa yang terhampar di depan saya sungguh menyejukkan sekaligus menyenangkan. Paduan biru laut yang bergradasi dari biru muda sampai biru tua di ujung mata memandang dan biru langit disertai deretan bukit yang membiru di antara keduanya membuat saya menarik nafas panjang. Mengumpulkan jernihnya oksigen dan kemudian menghembuskannya..uuuuuushshshshsh......
 

Teriknya panas sinar matahari semakin membuat laut, bukit dan langit siang itu tampil dengan jelas dan terang. Dengan sapuan awan putihnya di dinding langit, ehm…eloknya. Itulah keindahan nan permai yang saya jumpai ketika berkunjung ke Pantai Sebanjar, Alor Nusa Tenggara Timur pada pekan pertama Maret lalu.

Pantai Sebanjar terletak di barat Kalabahi, ibu kota kabupaten Alor. Untuk sampai kesana, butuh waktu 45 menit dengan mobil dari Kalabahi. Jalannya beraspal mulus yang langsung berbatasan dengan pantai yang melewati sepanjang pinggiran pulau Alor 

  

Pemerintah Kabupaten Alor menjadikan Pantai Sebanjar sebagai tempat deklarasi Perluasan Konservasi Laut Daerah Alor pada 7 Maret lalu. Untuk sampai ke pinggir pantainya, kita mesti melewati jalanan tanah berpasir dari jalan beraspal. Laiknya kawasan pantai yang belum digarap sebagai lokasi wisata, disepanjang  kiri-kanannya tanaman-tanaman tumbuh liar yang sebagiannya lagi membentuk pagar jalan. 

 

Di pantai ini, pemerintah sudah membangun sejumlah pondok wisata dari bahan kayu. Lokasi wisata dipagari tembok. Halamannya masih dibiarkan begitu saja, ya mungkin karena masih jarang yang datang berkunjung, belum ada penataan yang maksimal, rerumputan masih dibiarkan begitu saja. Tapi tak apa, bagi saya ini bukan perkara, yang penting pengunjung bisa bersuka cita dengan menatap birunya laut dan birunya langit di Pantai Sebanjar.

 
Warga menyambut peserta yang datang dengan Tari Cakalele, tarian penyambutan untuk tamu yang datang.  Ya tradisi disini banyak atau sebagiannya masih sama dengan tradisi di Maluku. Bahkan salah satu pulau di Selat Pantar bernama Ternate. Kemudian di arena acara, sebelum pembukaan tamu yang datang diajak untuk ikut Tari Lego-Lego. Tarian ini membentuk semacam lingkaran, penari dan tamu saling merekatkan  tangannya ke bahu teman disebelahnya, membentuk lingkaran. Bagi saya, tarian itu adalah sebuah tanda keakraban untuk  kami, orang-orang yang datang dari jauh, yang baru saat itu kenal dan bertatap muka dengan mereka. 


Bupati Alor Ansgerius Takalapeta mengatakan perluasan konservasi laut daerah ini tidak saja bertujuan konservasi semata tapi juga untuk kesejahteraan masyarakat. “Untuk mengatur dan mengelola supaya pemanfaatannya dapat lebih baik dan berkelanjutan,” kata Bupati Ans Takalapeta. 

Selesai deklarasi, dilaksanaka lomba tarik tambang perahu dan lomba dayung. Ada empat tim perahu yang ikut lomba dayung, yang setiap perahu terdiri dari dua orang. Mereka start dari jarak sekitar 500 meter dari sisi selatan Pantai Sebanjar. Warga di sekitar Pantai Sebanjar antusias menyaksikan lomba ini. Mereka dengan semangat bersorak-sorai, Ketika keempat perahu masih dikejauhan, warga sudah teriak-teriak kegirangan. Bukan untuk mendukung salah satu tim, tapi untuk keempat tim sekaligus, sorak dukungan itu mereka berikan, karena semua peserta lomba, tak lain adalah kawan sekampung mereka sendiri.


Setelah lomba dayung, dilanjutkan dengan lomba tarik tambang perahu. Tali tambang diikatkan dibagian ujung perahu yang menyambungkan kedua perahu. Kemudian setiap tim harus menarik tim lawan dengan cara mendayung. Tak henti-hentinya warga berteriak untuk memberi dukungan, tapi sesudah itu yang muncul adalah derai tawa, sebagiannya menertawakan kawannya yang letoi saat mendayung perahu.

Acara deklarasi selesai, Pak Bupati Ans, yang tinggal seminggu lagi menjabat itu, mengajak kawan-kawan wartawan dari Jakarta bersama tim dari WWF Indonesia untuk naik speedboat mengitari Selat Pantar sekaligus melihat alam bawah laut. Speadboat ini bagian lantainya berupa kaca transparan, sehingga kami bisa melihat ke bagian bawah laut. “Ini salah satu fasilitas untuk wisatawan,” katanya tentang speedboat yang kami tumpangi itu. Ada dua speedboat dengan atap pelindung dibagian atasnya yang sudah disediakan pemerintah

Pantai Sebanjar yang bersih dan jernih, tidak terlihat ada sampah, membuat indahnya terumbu karang di dasar laut jelas terlihat. Mulai dari kedalaman dua meter, tiga hingga lima meter, terumbu karang yang berwarna-warni seakan melambai-lambai senang tahu kehadiran kami. Kira-kira  tiga ratusan meter dari pantai, kami sudah bertemu tebing jurang, perlahan air dibawah sana mulai gelap. Beberapa terumbu karang terlihat masih menempel di dinding tebing. 

Menurut Wawan Ridwan, Direktur Program Kelautan WWF Indonesia, terumbu karang di Selat Pantar ini masih dalam masa pertumbuhan. Selain itu visibility atau jarak pandang terumbu karang di Selat Pantar ini terbilang tinggi. “Ini enggak kalah sama Wakatobi,” ucap Wawan sembari menundukkan badan mengamati jejalan indahnya terumbu karang dibawah sana.

Setelah asyik melihat terumbu karang, rombongan balik ke Pantai Sebanjar. Selesai sudah acara pada siang itu, tapi masih ada acara hiburan. Selain diisi band local yang digawangi anak-anak muda Alor, warga juga dihibur oleh penyanyi dari ibu kota, Nugie. Nugie menyanyikan lagu-lagunya yang terkenal dengan liriknya yang menunjukkan kecintaan pada alam. Ditemani seorang kawannya, ia menghibur warga di Pantai Sebanjar Alor. 

Selesai Nugie menyanyi, saya dan empat orang wartawan lainnya dari Jakarta, teman-teman dari WWF dan Nugie kembali ke Kota Kalabahi. Tapi kali ini tidak dengan naik mobil, tapi naik Kotekelema. Ini adalah nama kapal milik WWF yang sehari-hari beroperasi di seputaran Laut Sawu Alor hingga Lembata, barat Pulau Pantar. 

Sedari awal acara, Kapal Kotekelema ini bersandar di tengah-tengah Selat Pantar, dia tidak bisa mencapai tepian pantai. Karena itu, untuk kesana sebuah speedboat telah disiapkan. Speedboat ini memang disiapkan dan diikatkan pada kapal Kotekelema, yang digunakan awak kapalnya mencapai daratan. 

Kotekelema diambil dari Bahasa Alor yang artinya paus sperma. Paus sperma memang kerap ditemui disekitar perairan Alor. Kawasan Selat Pantar adalah jalur migrasi beberapa mamalia laut, seperti paus (sperm whale, Killer whale, Short finned Pilot Whale dan Blue Whale), lumba (fraser dolpin, spinner dolpin dan Bottlenose dolpin, serta Risso’s dolpin) juga ikan-ikan pelagis. 

Dari survei yang dilakukan Tim Ekspedisi Solor-Alor yang terdiri WWF Indonesia, The Nature  Conservancy, perguruan tinggi dan pemerintah daerah, terungkap bahwa dari temuan sebelas spesies paus, dua diantaranya berstatus langka, yaitu paus sperm dan paus biru. 

Kawasan Selat Pantar yang menghubungkan Laut Banda dan laut Sawu ini setiap tahun mengalami peristiwa naiknya arus dingin di dasar laut, yang naik ke permukaan.

Naik Kotekelema, kami menuju pelabuhan Kalabahi, Kotekelema dinahkodai oleh kapten kapal bernama Jufri Arginggang, berusia 28 tahun. Ia ditemani empat ABK anak buah kapal lainnya, juru mudi Roni Keraf, Kepala kamar Mesin Johanis Mindu Ribetu, pembantu kepala kamar mesin atawa juru minyak Max Gerimuh dan juru masak Rizal. 

Jufri dengan tenang menjalankan kapal berbobot GT 34 ini. Ia lulusan sekolah pelayaran di Makasar Sulawesi Selatan, “Orang tua saya juga dulu nahkoda kapal,” katanya. Karena itu, laut dan kehidupannya adalah hal yang taka sing bagi ayah berputera satu ini. 

Dari Selat Pantar kami melewati Pulau Pura yang terletak diantara Pulau Alor dan Pantar. Seterusnya kami menyusuri teluk menuju pelabuhan Kalabahi. Diujung sana, kira-kira diatas pelabuhan, saya melihat awan mulai gelap, mendung, tapi diatas Kapal Kotekelema langit masih cerah. Saya memastikan bahwa didepan sana akan terjadi hujan.

Dalam perjalanan kami sempat menyaksikan rombongan lumba-lumba lewat didepan Kotekelema. Seorang kawan dengan cermat menyaksikannya, ketika lumba-lumba itu berlompatan di kejauhan, “Itu lumba-lumba ya,” katanya, saya melemparkan pandangan ke arah yang dia tuju. Mata kami kemudian tidak lepas dari lumba-lumba yang berlompat-lompatan itu sampai mereka menghilang dari pandangan kami.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar